TERITORIALISASI PASCA ERUPSI MERAPI DAN KEARIFAN LOKAL “HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN MERAPI”

Authors

  • Sri Murtopo, Leslie Retno Angeningsih

DOI:

https://doi.org/10.47431/jirreg.v1i1.137

Keywords:

teritorial, Kawasan Rawan Bencana, relokasi, kearifan lokal

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antar aktor dalam dinamika
konflik pengaturan Kawasan Lindung, dan untuk mengetahui bagaimana masyarakat
mengartikulasikan kearifan lokal kehidupan yang berdampingan dengan bencana Merapi.
Penelitian ini dilakukan di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten dengan
menggunakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Observasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi digunakan untuk mengetahui program, kejadian dan kegiatan relokasi di
Daerah Rawan Bencana. Tujuh belas informan dipilih dengan menggunakan purposive
sampling. Pendekatan ekologi politik dan teknik triangulasi digunakan dalam menganalisa
dan mengkonfirmasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warga Desa Balerante
menolak kebijakan relokasi karena alasan: penduduk desa percaya bahwa mereka memiliki
mekanisme sendiri untuk menghadapi erupsi Merapi; Ada ketidakkonsistenan antar instansi
Pemerintah Daerah tentang peraturan dari Pemerintah Pusat tentang peta KSN dan KRB.
Selanjutnya, warga Desa Balerante kembali ke keyakinan mereka dengan melakukan ritual
"kenduri" atau "larungan" sebagai penghormatan kepada para penjaga Merapi. Pengamatan
mereka terhadap karakteristik erupsi Merapi telah menjadi kearifan lokal tentang antisipasi
bencana Merapi. "Hidup selaras dengan Bencana" adalah strategi pemerintah untuk
mengintervensi pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas masyarakat di daerah
Rawan Bencana III.

Submitted

2022-02-24

Accepted

2022-02-24

Published

2017-06-01

Issue

Section

Articles