Karaeng in Service
DOI:
https://doi.org/10.47431/governabilitas.v4i2.333Keywords:
power, kareaengAbstract
This article explores the conduct of local politics of the karaeng group serves and citizens in Kampala Village, Arungkeke District, Jeneponto Regency, South Sulawesi. The Karaeng group has the highest status in South Sulawesi’s social structure when compared to the Daeng and Ata groups. Even though the Karaeng group is the ruling elite, this does not mean that its citizens always serve them. However, it is quite the opposite. The method used is a case study. The choice of case studies is based on the idea that cases are limited, actual, and unique. Meanwhile, the data collection mechanism is by combining interviews and literature study. When the data has been collected, the next step is to analyze it critically. Field findings indicate that the karaeng group uses two instruments to provide services to their citizens. First, large land ownership. Residents are free to use this land for living and housing purposes free of charge. Second, position as an instrument to help and serve the needs of its citizens. Proper use of land and positions strengthens the power base of the karaeng group as a traditional elite and as the ruling elite in Kampala Village. These findings confirm that political changes at the village level require the karaeng group to adapt to remain powerful through the choice to provide services to the community. In this way, the Karaeng group has a stronger position in front of its citizens.
References
Abidin, A.Z.F. 1983. Persepsi Orang Bugis, Makassar Tentang Hukum, Negara dan Dunia Luar. Bandung: Alumni.
Abubakar, Z .2019. ‘Persepsi Masyarakat terhadap Simbol Karaeng di Desa Maero, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto’. Jurnal Phinisi Integration Rewiew. Vol.2. No. 1 hlm. 137-145.
Buntoro, H.P. 1988. ‘Karaena-Urena: Studi tentang Hubungan Sosial dan Peranan Elite Tradisional di Desa Tolo’. Dalam Alfian (ed). Kelompok Elite dan Hubungan Sosial di Pedesaan. Jakarta: YIIS.
Dwiyanto, A. dkk. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Jogjakarta: PSKK.
Graves, E. 2007. Asal-Usul Elite Minangkabau Modern. Jakarta: YOI.
Harisson, L.2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana.
Haboddin, M dan Afala, L.M. 2019. ‘Kembalinya Elite Tradisional sebagai Gubernur Sulawesi Selatan’. Makalah yang dipresentasikan dalam seminar nasional APMD, 26 Oktober.
Johnson, C. 2013. Studi Kasus. Dalam Ishiyama, J. dan Beuning, M (ed). Ilmu Politik dalam Paradigma Abad Ke-21. Jakarta: Kencana.
Kartodirjo, S. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru. Jakarta: Gramedia.
Kartodirjo, S. 2001. ‘Berkembang dan Runtuhnya Aristoteles tradisional Jawa’ dalam Antlov, H dan Cederroth, S (ed). Kepemimpinan Jawa: perintah halus, Pemerintahan Otoriter. Jakarta: YOI.
Laeyemdecker, L.1983. Tata, Perubahan, dan Ketimpangan. Jakarta: Gramedia.
Lippmann, W.1999. Filsafat Publik. Jakarta: YOI.
Markoff, J. 2002. Gelombang Demokrasi Dunia. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Mattulada. 2011. Menyesuri Jejak Kehadiran Makasar dalam Sejarah. Jogjakarta: Ombak.
Mattulada. 1982. ‘Kebudayaan Politik dan Keadilan Sosial: Tinjauan Historis’ dalam Hadad, I (ed). Kebudayaan Politik dan Keadilan Sosial. Jakarta: LP3ES.
Mattulada.1974. Bugis-Makassar: Manusia dan Kebudayaannya. Jakarta: UI Press.
Najamuddin, 2015. ‘Persaingan Bangsawan dengan Kelompok Terdidik Pada Masa Revolusi di Sulawesi Selatan’. Jurnal Istoria, Vol. 10. No.2. hlm.1-11.
Ningsi, F.W. 2018. ‘Pergeseran Peran Karaeng Pada Masyarakat Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto’. Jurnal Commercium: Kajian Masyarakat Kontemporer. Vol.1. No.1. hlm. 33-38.
Pabottingi, M. 2000. Suara Waktu. Jakarta: Erlangga.
Poelinggomang, E. 2004. Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan. Jogjakarta: Ombak.
Putra, H.S.A. 2007. Patron-Klien di Sulawesi Selatan. Jogjakarta: Kepel.
Rasyid, R.1997. Makna Pemerintahan: Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan. Jakarta: Yasrif Watampone.
Salle, A dan Hamdat, S.2004. ‘Kepemimpinan Karaeng Galesong dan Potret Budaya Makassar’. Dalam Ilman, Z (ed). Wawasan Budaya Untuk Pembangunan: Menoleh Kearifan Lokal. Jogjakarta: Pilar Politika.
Sikki, M. 1991. Nilai Budaya dalam Susastra Daerah Sulawesi Selatan.Jakarta: Depdikbud.
Suharso dan Retnoningsih, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.
Suyatno, B. 2019. Ketimpangan Penguasaan Lahan. Kompas, 19 Maret.
Tawakkal, G.T.I dan Rohman, A.Z.F. 2022. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UB Press.
Wertheim, W.F.1999. Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial. Jogjakarta: Tiara Wacana.
Zed, M.2002. ‘Hatta dan Kaderisasi’. Dalam Bagun, R. (ed). Seratus Tahun Bung Hatta. Jakarta: Kompas.
Downloads
Submitted
Accepted
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 GOVERNABILITAS (Jurnal Ilmu Pemerintahan Semesta)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.